oke ini adalah kali pertama gue post tentang kehidupan pribadi gue, bukan maksud mau tenar or ngehits ya... but gue iseng aja...
gue adalah anak kedua dari dua bersaudara.. yaahh kalian taulah bagaimana sosok anak paling bontot.. sifat dan karakter mereka selalu dikaitkan dangan baby, tapi perlu kalian tau sifat mereka bakal berubah 100% ketika mereka berarda jauh dari jangkauan keluarga.. and itu yang gue rasakan, sedih memang ketika kita memilih berada jauh dari mereka dengan alasan hidup mandiri dan tanpa aturan dan perlu kalian tau keinginan itu cuma bertahan 1 seminggu setelah lepas dari mereka...
Banyak hal yang gue pelajari sejak hidup jauh dari mereka, yaah gue tau ada beberapa bahkan ribuan orang yang memiliki nasib sama seperti gue.. tapi tentu kita memiliki versi yang berbeda jadi gue akan berbagi tentang pengalaman dan hikmah yang gue rasakan..
1. Sosialisasi, gue yakin bagi beberapa orang mungkin ini sangat mudah, tapi gak bagi gue.. berada dikota orang yang memiliki budaya dan tata cara berbahasa yang berbeda mungkin sesuatu penyesuaian yang butuh waktu bagi kita.. apalagi jika mereka sangat anti sama orang baru.. disinilah kerja keras dan kesabaran kita diuji.. jadi buat kalian yang bakal merantau atau ingin berada dan tinggal dikoata orang gue harap memiliki kesabaran yang kuat ya..
2. Jangan memilih, ini salah satu sifat yang buruk ketika kita berada dikota orang.. bagi kalian anak manja gue saranin kurangi sifat ini.. terutama pada selera makan kalian, gak selamanya makan di daerah memiliki rasa yang sama.. karena mereka memiliki cita rasa masing- masing dan harga yang bebrbeda..
3. Setia kawan, yaaap.. orang yang terdekat saat kalian jauh dari keluarga adalah teman kalian sendiri.. tapi gak selamanya pertemanan itu akan berjalan mulus, kalau kalian masih bertahan pada ego kalian gue yakin mereka yang setia pasti akan meninggalkan kalian... tapi saran gue masalah apapun yang yang kalian lakukan atau tidak kalian lakukan usahakan lah untuk meminta maaf lebih dulu.. and jangan pernah ada dendam ya sob..
yaapp... mungkin ini cerita awal gue, mungkin nanti gue usahakan buat post kejadian lucu..
thanks buat pembaca..
Sabtu, 12 November 2016
Senin, 03 Oktober 2016
Makalah Belajar dan pembelajaran "Keaktifan"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada berbagai rumusan yang dikemukakan orang dalam
upaya menjawab pertanyaan dengan melihat pendidikan dari salah satu aspek
kehidupan tertentu atau kacamata disiplin keilmuan tertentu. Misalnya pandangan
sosiologik melihat pendidikan dari aspek sosial antara lain mengartikan bahwa “Pendidikan
adalah sebagai usaha mentransformasikan pengetahuan dari generasi ke generasi”
(Ishak, 2005:27). Pandangan lain di lihat dari aspek budaya menyebutkan bahwa
pedidikan itu adalah sebagai usaha pemindahan pengetahuan dan nilai – nilai
kepada generasi berikutnya. Sedangkan pandangan Psikologik melihat pendidikan
dari aspek tingkah laku individu, antara lain mengartikan pendidikan sebagai
perkembangan kapasitas individu secara optimal. Pandangan dari sudut ekonomi
antara lain melihat bahwa pendidikan itu adalah sebagai usaha penanaman modal
insan (Human Investmen), dan yang terakhir dilihat dari sudut pandang
politik antara lain melihatnya sebagai pembinaan usaha kader bangsa.
Dari uraian diatas kita dapat menarik benang merahnya
bahwa pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin kelangsungan
hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya proses dari
pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang yang
berpendidikan akan memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan dalam
masyarakat.
maka
makalah ini kami sajikan untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran yang
diperlukan oleh seorang pengajar, mengingat prinsip belajar adalah landasan
berpikir, sumber motivasi dan keaktifan
siswa agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas adapun rumusan
masalah yang dapat kami ajukan sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian keaktifan belajar siswa ?
2.
Apa saja
jenis- jenis keaktifan belajar?
3.
Apa saja faktor
yang mempengaruhi keaktifan belajar ?
4.
Bagaima cara
meningkatkan keaktifan belajar?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat kami ajukan tujuan
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian keaktifan belajar siswa
2.
Untuk mengetahui jenis- jenis keaktifan belajar
3.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keaktifan belajar
4.
Untuk mengetahui cara meningkatkan keaktifan belajar
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
A.
Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah
memberikan berbagai pengetahuan bagi penulis seperti bagaimana cara meningkatkan keaktifan belajar bagi siswa. Disamping itu, penulis
juga mendapat ilmu untuk memahami dan menganalisis materi yang ditulis dalam
makalah ini.
B.
Bagi Pembaca
Sebagai
pedoman bagi mahasiswa khususnya calon tenaga pendidikan untuk memahami materi
tentang prinsip keaktifan belajar
bagi peserta didik. Sebagai masukan bagi tenaga
pendidik mengenai materi tentang keaktifan belajar agar tidak terjadi kesalahan dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Keaktifan Belajar
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang
berarti sibuk, giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 17). Aktif mendapat awalan ke- dan –an, sehingga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau
kesibukan. Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang
menunjang keberhasilan belajar siswa.
Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja,
melainkan juga keaktifan rohani. Menurut Sriyono, dkk (1992: 75) keaktifan
jasmani dan rohani yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
adalah sebagai berikut:
1. Keaktifan indera;
pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya. Peserta didik harus
dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Mendikte dan
menyuru mereka menulis sepanjang jam pelajaran akan menjemukan. Demikian pula
dengan menerangkan terus tanpa menulis sesuatu di papan tulis. Maka pergantian
dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan dan seterunya akan lebih
menarik dan menyenangkan.
2. Keaktifan akal;
akal peserta didik harus aktif atau dikatifkan untuk memecahkan masalah,
menimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
3. Keaktifan ingatan;
pada saat proses belajar mengajar peserta didik harus aktif menerima bahan
pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan menyimpannya dalam otak. Kemudian
pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
4. Keaktifan emosi
dalam hal ini peserta didik hendaklah senantiasa berusaha mencintai
pelajarannya, karena dengan mencintai pelajarannya akan menambah hasil belajar
peserta didik itu sendiri.
Sebenarnya semua proses belajar mengajar peserta didik
mengandung unsur keaktifan, tetapi antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya tidak sama. Oleh karena itu, peserta didik harus berpartisipasi aktif
secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta
didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh
pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh
dengan upaya kegaiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan.
2.2 Jenis-Jenis Keaktifan Belajar
Perbuatan belajar merupakan
perbuatan yang sangat kompleks dan proses yang berlangsung pada otak manusia.
Dengan melakukan perbuatan belajar tersebut peserta didik akan menjadi aktif di
dalam kegaiatn belajar Jenis-jenis keaktifan belajar siswa dalam proses belajar
sangat beragam. Curiculum Guiding Commite
of the Winsconsin Cooperative Educational Program dalam Oemar Hamalik
(2009: 20-21) mengklasifikasikan aktivitas peserta didik dalam proses belajar
menjadi: (1) kegiatan penyelidikan: membaca, berwawancara, mendengarkan radio,
menonton film, dan alat-alat AVA lainnya; (2) kegiatan penyajian: laporan, panel and round table discussion, mempertunjukkan
visual aid, membuat grafik dan chart; (3) kegiatan latihan mekanik:
digunakan bila kelompok menemui kesulitan sehingga perlu diadakan ulangan dan
latiha; (4) kegiatan apresiasi: mendengarkan musik, membaca, menyaksikan
gambar; (5) kegiatan observasi dan mendengarkan: bentuk alat-alat dari murid
sebagai alat bantu belajar; (6) kegiatan ekspresi kreatif: pekerjaan tangan,
menggambar, menulis, bercerita, bermain, membuat sajak, bernyanyi, dan bermain
musik, (7) bekerja dalam kelompok: latihan dalam tata kerja demokratis,
pembagian kerja antara kelompok dalam melaksanakan rencana, (8) percobaan:
belajar mencobakan cara-cara menegrjakan sesuatu, kerja laboratorium dengan
menekankan perlengkapan yang dapat dibuat oleh peserta didik di samping perlengkapan
yang telah tersedia, serta (9) kegiatan mengirganisasi dan menilai:
diskriminasi, menyeleksi, mengatur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh
mereka sendiri.
Lebih lanjut, Mohammad Ali membagi
jenis keaktifan siswa dalam proses belajar ada delapan aktivitas, yaitu:
mendengar, melihat, mencium, merasa, meraba, mengilah ide, menyatakan ide, dan
melakukan latihan. Secara sederhana kedelapan aktivitas tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah mendengar dan
melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam
ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa sesorang.
2.
Melihat, peserta didik dapat mneyerap dan belajar 83% dari penglihatannya.
Melihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti peragaa
atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar
melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan
pandang, atau yang sering di kenal dengan istilah alat peraga.
3.
Mencium, sebenarnya penginderaan dalam proses belajar bukan hanya mendengar dan
melihat, tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat memahami perbedaan objek
melalui bau yang dapat dicium.
4. Merasa,
yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk perubahan
bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.
5. Meraba,
untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat dilakukan untuk membedakan suatu
benda dengan yang lainnya.
6.
Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses berpikir atau
proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan kepadanya, baik secara lisan
maupun secara tulisan, serta dari proses penginderaan yang lain yang kemudian
peserta didik mempersepsi dan menanggapinya. Berdasarkan tanggapannya, dimungkinkan
terbentuk pengetahuan, pemahaman, kemampuan menerapkan prinsip atau konsep,
kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai. Inilah bentuk-bentuk
perubahan tingkah laku kognitif yang dapat dicapai dalam proses belajar
mengajar.
7. Menyatakan
ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang kompleks ditunjang
oleh kegiatan belajar melalui pernyataan atau mengekspresikan ide. Ekspresi ide
ini dapat diwujudkan melalui kegiatan diskusi, melakukan eksperimen, atau
melalui proses penemuan melalui kegiatan semacam itu, taraf kemmapuan kognitif
yang dicapai lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan hanya sekedar
melakukan penginderaan, apalagi penginderaan yang dilakukan hanya sekedar
mendengar semata-mata.
8.
Melakukan latihan: bentuk tingkah laku yang sepatutnya dapat dicapai melalui
proses belajar, di samping tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif (sikap)
dan tingkah laku psikomotorik (keterampilan). Untuk meningkatkan keterampilan
tersebut memerlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu kegiatan proses
belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku psikomotorik dapat dicapai
dengan melalui latihan-latihan.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kegiatan keaktifan peserta didik
dalam proses belajar dapat dikelompokkan menjadi keaktifan jasmani dan
keaktifan rohani, di mana bentuk dari kedua jenis keaktifan tersebut sangat
beragam, diantaranya adalah: keaktifan panca indera, akal, ingatan, dan
emosional.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekatifan Belajar
Belajar merupakan aktifitas yang
berlangsung melalui proses, tentunya tidak terlepas dari pengaruh baik dari
dalam individu yang mengalaminya. Keaktifan belajar peserta didik dalam proses
kadang-kadang berjalan lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat
menangkap apa yang dipelajari, dan kadang-kadang terasa amat sulit. Berjalannya
proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keaktifan belajar peserta didik.
Muhibbin Syah (2012: 146) mengatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu
faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal
(faktor dari luar peserta didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).Secara sederhana
faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik tersebut dapat
diuraiakan sebagai berikut:
1. Faktor internal peserta didik,
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri, yang
meliputi:
a. aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
b. aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis.
Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi
belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta didik yang mempengaruhi
keaktifan belajarnya adalah sbegai berikut: (1) inteligensi, tingkat kecerdasan
atau inteligensi (IQ) peserta didik tidak dapat diragukan lagi dalam menentukan
keaktifan dan keberhasilan belajar peserta didik. Ini bermakna bahwa semakin
tinggi tingkat inteligensinya maka semakin besar peluangnya untuk meraih
sukses, begitu juga sebaliknya; (2) sikap, adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif; (3) bakat, adalah potensi atau kecakapan dasar
yang dibawa sejak lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing; (4) minat, adalah kecenderungan
atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; dan (5)
motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar.
2. Faktor eksternal peserta didik,
merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
Adapaun yang termasuk dari faktor ekstrenal di anataranya adalah: (a)
lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas; serta (b) lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta
didik.
3. Faktor pendekatan belajar,
merupakan segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam
menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Hal yang sama dikemukakan oleh Abu
Ahmadi (2008: 78) bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta
didik diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni: (1) faktor intern (faktor dari
dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologis dan psikologi;
serta (2) faktor ektern (faktor dari luar manusia) yang meliputi faktor sosial
dan non sosial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan peserta didik dalam proses belajar adalah faktor
internal (faktor dari dalam peserta didik) dan faktor eksternal (faktor dari
luar peserta didik).
2.4 Cara Peningkatan Keaktifan Dalam Belajar
Keaktifan
sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran maupun
kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah
perolehan belajarnya secara efektif pelajar dituntut untuk aktif secara fisik,
intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud
pada prilaku-prilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan
menganalisis hasil percobaan, membuat karya tulis dan sebagainya. Siswa
dituntut selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya.
Adapun implikasi dari prinsip ini adalah sebagai berikut:
a.
menggunakan multimedian dan
multimetode,
b.
memberikan tugas secara individual
dan kelompok,
c.
memberikan kesempatan pada
siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil,
d.
memberikan tugas dan memberikan
bahan belajar,
e.
mengadakan tanya jawab dan
diskusi.
Anak
adalah mahluk yang aktif, mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain
dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan, bahwa
belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri (Riyanto,2008:50)
Berdasarkan
hasil penelitian yang dikutip oleh Utomo dan Ruijter (1994:177) dijelaskan
bahwa ”Belajar secara aktif dengan cara-cara yang bervariasi (berlainan) sambil
memperhatikan strukturnya akan dimengerti lebih baik dan diingat lebih lama”.
Penekanan dari pendapat tersebut adalah cara belajar dengan banyak variasi yang
menjadikan siswa aktif dan senang belajar. Oleh karena itu, untuk dapat
mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar tersebut, maka guru juga dituntut
untuk aktif dalam mengajarnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Muhadjir bahwa
Wawasan dari cara belajar yang menjadikan siswa aktif merupakan proses belajar
sepanjang hayat menekankan pengkonsepsian keseimbangan antara otoritas pendidik
dengan kedaulatan subyek didik, dan keseimbangan antara aktivitas belajarnya
siswa dengan mengajarnya guru”(Muhadjir, 2003:137).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Keaktifan adalah
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai
suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Belajar yang
berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun
psikis.
2.
Jenis-jenis kegiatan keaktifan peserta didik dalam proses belajar
dapat dikelompokkan menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan rohani, di mana
bentuk dari kedua jenis keaktifan tersebut sangat beragam, diantaranya adalah:
keaktifan panca indera, akal, ingatan, dan emosional.
3. Faktor
pengaruh keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam,
yaitu faktor internal (faktor dari dalam
peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), dan faktor
pendekatan belajar (approach to learning)
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud pada
prilaku-prilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan menganalisis
hasil percobaan, membuat karya tulis dan sebagainya. Siswa dituntut selalu
aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya
Langganan:
Postingan (Atom)
PEMANFAATAN SDA BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar dalam berbagai hal. Baik itu sumber da...
-
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kegiatan berniaga atau berjual beli, kepuasan pelanggan adalah hal utama. Sehingga...
-
PEMBUATAN BUSANA KELOMPOK 2 NI NYOMAN DINA TRIANA DEWI ...